Dalam
menjalani kehidupan ini, tentu kita sebagai manusia pasti pernah dan akan
mengalami kesulitan dan kesusahan, yang semua itu merupakan ujian dan cobaan
dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sesungguhnya tatkala kesulitan itu
datang, maka Allah lah sebaik-baik penolong dan kepada-Nya lah kita bergantung.
Dan sesulit apapun cobaan dan kesusahan yang melanda janganlah kita tergoda
untuk meminta tolong dengan jalan kesyirikan.
Ujian dan Kesulitan Datang Dari Allah
Ketahuilah bahwa musibah dan kesusahan yang menimpa, pada hakikatnya adalah ketetapan Allah dan atas izin Allah itu terjadi. Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghabun: 11)
bahkan setiap musibah dan kesusahan yang kita alami dan yang akan datang, itu semua sudah tercatat dalam Lauhul Mahfduz. Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّـهِ يَسِيرٌ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. Al Hadid: 22)
Semua itu adalah ujian dari Allah bagi hamba-Nya. Sebagaimana namanya, ujian, dengannya Allah akan mempersaksikan dihadapan para makhluk-Nya mana hamba yang benar-benar jujur beriman kepada Allah dan mana yang dusta imannya. Karena ketika musibah datang, hal itu akan nampak. Allah Ta’ala berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّـهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al Ankabut: 2-3)
Diantara tanda jujurnya keimanan seseorang, ketika datang musibah, pertolongan Allah lah yang diharapnya, ia bergantung dan berserah diri kepada Allah.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّـهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّـهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah: 214)
Tidak
tergoda untuk mengambil jalan yang haram atau memalingkan ibadah kepada
sesembahan selain Allah demi mencari pertolongan.
Allah-lah Yang Menghilangkan Kesulitan
Kita telah ketahui bahwa musibah dan cobaan itu adalah ketetapan Allah. Maka ketahui juga bahwa musibah dan cobaan itu hanya Allah lah yang bisa menghilangkannya. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ
“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).
Jika pada hakikatnya hanya Allah-lah yang dapat menghilangkan segala kemudharatan, maka orang yang berfikir waras dan logis, tentu akan meminta tolong kepada Allah dari segala kesulitan dan kesusahan serta bergantung pada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An Nahl: 53)
Adapun orang yang meminta tolong kepada sesembahan-sesembahan selain Allah ketika mendapat musibah, ia adalah orang yang durhaka kepada Allah akibat hatinya lalai dari berdzikir kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَـٰهٌ مَعَ اللَّـهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“Atau
siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat
sedikitlah kamu mengingati(Nya)” (QS. An Naml: 62)
Mintalah Pertolongan Hanya Kepada Allah
Isti’anah dan istighatsah adalah ibadah. Isti’anah artinya, meminta pertolongan dan dukungan dalam suatu urusan. Sedang istighatsah berarti meminta dihilangkannya musibah dan kesulitan. Dalil bahwa isti’anah adalah ibadah adalah ayat:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami (ber-isti’anah) memohon pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)
Istighatsah merupakan ibadah berdasarkan ayat:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلآئِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu beristightsah (memohon pertolongan) kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfal: 9)
dengan demikian hendaknya kita meminta pertolongan hanya kepada Allah, dan tidak boleh meminta pertolongan kepada sesembahan lain selain Allah. Perhatikan ayat kelima dari surat Al Fatihah yang sering kita baca setiap hari “iyaaka na’budu wa iyyaka nasta’in”, yang maknanya “hanya kepada-Mu satu-satunya kami menyembah dan hanya kepada-Mu satu-satunya kami memohon pertolongan”.
Oleh karena itu, Allah pun melarang hamba-Nya meminta pertolongan kepada sesembahan-sesembahan selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّـهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu berdoa kepada apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”” (QS. Yunus: 106).
Dan banyak diantara manusia mempersembahkan ibadahnya kepada selain Allah, demi mengharapkan pertolongan ketika ia merasa susah dan merasa terhimpit oleh cobaan. Allah ta’ala berfirman:
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّـهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ ﴿٧٤﴾ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ
“Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.” (QS. Yasin: 74-75).
Padahal sebagaimana sudah dijelaskan, musibah dan kesusahan itu ketetapan Allah, hanya Allah yang dapat menghilangkannya dan para sesembahan yang disembah selain Allah itu sama sekali tidak mampu memberi manfaat atau mudharat sedikit pun. Baik itu berupa berhala, pohon, batu, benda keramat, kuburan, orang mati atau yang lainnya, mereka tidak dapat memberi manfaat dan pertolongan. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ
“Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu tidak dapat memberi pertolongan.” (QS. Al A’raf: 192)
Maka orang-orang yang meminta tolong kepada sesembahan selain Allah itu sungguh tidak logis, tidak waras dan menyelisihi fitrah yang bersih. Mereka jatuh dalam kesesatan yang jauh dan terkekufuran yang besar. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّـهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan
selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan
mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan
(pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan
mengingkari pemujaan-pemujaan mereka” (QS. Al Ahqaf: 5-6)
Jangan Ragu Meminta Tolong Kepada Allah
Selanjutnya hendaknya kita jangan ragu meminta tolong kepada Allah. Bukankah Allah yang telah menciptakan kita? Bukanlah Allah yang memiliki alam semesta ini termasuk bumi yang kita pijak? Maka sangat mudah bagi Allah memberi pertolongan kepada kita sebagai hamba-Nya. Renungkan perkataan Nabi Musa ‘alaihissalam:
قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّـهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّـهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”.” (QS. Al A’raf: 128).
Maka mintalah pertolongan kepada Allah dengan taqwa kepada-Nya. Yaitu dengan mengamalkan apa yang Allah perintahkan dan apa yang diperintahkan dan dianjurkankan oleh Rasul-Nya, serta menjauhi apa yang mereka larang. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu‘” (QS. Al Baqarah: 45)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan lindungan dan pertolongan-Nya kepada kita.
Rujukan utama materi: Syarah Tsalatsatul Ushul, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin