Friday, September 18, 2020

Sifat Malu dan Keutamaanya

 Perhatikanlah Hadist dan Ayat Al qur'an berikut ini:

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الْأَنْصَارِيِّ الْبَدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم "إنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى: إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْت

Abu Mas'ud Uqbah Al-Anshari berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari perkataan kenabian yang pertama adalah: 'Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu" (HR Bukhari).

Hal ini sama dengan firman Allah SWT:

 اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ 

''Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Fushshilat: 40).

Hadits dan Ayat Al qur'an diatas sangat penting artinya bagi setiap Muslim, karena dalam Dalil ini putaran-putaran ajaran Islam semuanya bertumpu tentang pesan moral. Di dalamnya mengingatkan kita akan pentingnya rasa malu, sebagai suatu sifat bagi bersandarnya akhlak-akhlak Islami.



Malu adalah sifat yang terpuji dan merupakan akhlak yang mulia, sifat malu merupakan benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Jika rasa malu telah hilang pada seseorang maka berbagai keburukan akan ia lakukan, seperti membunuh, zina, durhaka pada kedua orang tua dan lain-lain. Sebagaimana pada zaman sekarang betapa banyak manusia dengan tidak ada rasa malu melakukan kemaksiatan, seakan perbuatan tersebut bukan dosa,bahkan menjadi sebuah kebiasaan atau adat.

Berikut ini akan dijelaskan tentang rasa malu dan keutamaannya agar kita terdorong untuk berusaha menanamkan sifat mulia tersebut.

Definisi Sifat Malu
Berikut Akan dijelaskan Pengertian dan Penjelasan Sifat Malu menurut para ulama:

1.     Imam An Nawawi menjelaskan:
“hakikat malu adalah perangai yang mendorong seseorang meninggalkan perbuatan jelek dan mencegah seseorang dari meninggalkan hak-hak orang lain.”
 

2.     Fudhail bin iyadh menasehatkan,
“Lima diantara tanda-tanda kecelakaan : kekerasan hati, mata yang tidak menangis, sedikit sifat malu, cinta dunia dan panjang angan-angan.”

3.     Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin :
“Kuatnya sifat malu tergantung kondisi hidup hatinya. Sedikit sifat malu disebabkan oleh kematian hati dan ruh, sehingga semakin hidup hati itu maka sifat malupun semakin sempurna. Beliau juga mengatakan, Sifat malu darinya tergantung kepada pengenalannya terhadap Rabbnya.”

Malu ada Dua Macam

1.       Malu yang menjadi karakter, dan tabiat bawaan.

Ini merupakan salah satu akhlak mulia yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba-Nya. dan dia tidak diusahakan.
Malu jenis ini akan menghalangi seorang  dari melakukan perbuatan buruk dan akhlak yang rendah, serta mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang mulia.

Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam bersabda,

الحياء لا يأتى الا بخير

“Sifat malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan ”.(HR. Bukhari 6117).

2.       Malu yang tumbuh sebagai hasil usaha. 

Rasa malu jenis ini diperoleh dari mengenal Allah dan mengenal keagungan-Nya, kedekatan-Nya dengan para hamba-Nya dan karena keyakinan mereka tentang Maha Tahu-nya Allah, mengetahui pandangan khianat dan sesuatu yang terpendam dalam dada manusia.

Malu jenis ini bagian dari buah iman yang dimiliki seorang hamba, bahkan termasuk derajat ihsan yang paling tinggi.

Allah Ta’ala berfirman,

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia mngetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang di sembunyikan oleh hati” (QS. Al Mukmin:19).

Selagi seorang hamba mengetahui bahwa Allah melihat dirinya, maka hal ini akan membuatnya malu terhadap Allah, lalu mendorongnya untuk taat. Hal ini seperti seorang hamba yang bekerja di hadapan tuan nya, maka dia akan giat dalam bekerja, berbeda jika dia bekerja tanpa di awasi oleh tuanya. Sedangkan Allah  maha mengawasi hamba-hambaNya.



Keutamaan-keutamaan Sifat Malu

1.     Malu merupakan salah satu dari Sifat Allah Azza wa Jalla Yang Mulia.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits shohih, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya Rabb kalian Tabaraka wa Ta’ala Maha Malu dan Maha Dermawan, Dia malu terhadap hambaNya yang menadahkan tangan kepadaNya lalu tangan itu kembali turun hampa (tidak dikabulkan doanya). HR. Abu Dawud dinyatakan Shohih oleh Al Albani. Kita menetapkannya (Sifat Malu) sebagaimana Sifat-sifat Allah yang lain.

2.     Malu merupakan sunnah para Nabi dan Rasul.
Dalam Asshohihain dari Abu Sa’id Al Khudry-semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam lebih tinggi sifat malunya daripada seorang gadis pingitan yang bersembunyi dalam kamarnya.

3.     Malu merupakan bagian dari keimanan.
Sebagaimana dalam asshohihain dari hadits ibnu umar -semoga Allah meridhainya- dia mengatakan “Rasulullah Shallallaahu‘Alaihi wasallam melewati seorang anshor yg sedang menasehati saudaranya tentang sifat malu sehingga seakan-akan dia berkata “malu itu membahayakanmu” maka Rasulullah Shallallaahu‘alaihi wasallam bersabda :

دعه  فان الحياء من الايمان

“Biarkanlah dia sesungguhnya sifat malu itu bagian dari keimanan (HR. Bukhari /24 )

4.     Malu adalah suatu perangai yang menghasilkan sikap terpuji dan pengaruh yang baik. Dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam pernah bersabda : “Malu tidaklah membawa kecuali kebaikan “ (takhrij diatas)

5.     Sifat malu mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Sungguh sifat malu benar-benar merupakan tameng bagi seseorang dari perbuatan buruk, maka pupuklah rasa malu tersebut agar hati selalu terjaga dan tidak terjerumus kedalam perbuatan yang mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla.

Wallahu a’lam bishowaf

 

8 comments: