Perhatikanlah Hadist dan Ayat Al qur'an berikut ini:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الْأَنْصَارِيِّ
الْبَدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم "إنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى:
إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْت
Abu Mas'ud Uqbah Al-Anshari berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari perkataan
kenabian yang pertama adalah: 'Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah
sekehendak hatimu" (HR Bukhari).
Hal ini sama dengan firman Allah SWT:
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
''Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Fushshilat: 40).
Hadits dan Ayat Al qur'an diatas sangat penting artinya bagi setiap Muslim, karena dalam Dalil ini putaran-putaran ajaran Islam semuanya bertumpu tentang pesan moral. Di
dalamnya mengingatkan kita akan pentingnya rasa malu,
sebagai suatu sifat bagi bersandarnya akhlak-akhlak Islami.
Malu adalah sifat yang terpuji dan merupakan akhlak yang mulia, sifat malu merupakan benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Jika rasa malu telah hilang pada seseorang maka berbagai keburukan akan ia lakukan, seperti membunuh, zina, durhaka pada kedua orang tua dan lain-lain. Sebagaimana pada zaman sekarang betapa banyak manusia dengan tidak ada rasa malu melakukan kemaksiatan, seakan perbuatan tersebut bukan dosa,bahkan menjadi sebuah kebiasaan atau adat.
Berikut ini akan dijelaskan tentang rasa malu dan keutamaannya agar kita terdorong untuk berusaha menanamkan sifat mulia tersebut.
Definisi Sifat Malu
Berikut Akan dijelaskan Pengertian dan
Penjelasan Sifat Malu menurut para ulama:
1.
Imam An Nawawi menjelaskan:
“hakikat malu adalah perangai yang mendorong
seseorang meninggalkan perbuatan jelek dan mencegah seseorang dari meninggalkan
hak-hak orang lain.”
2.
Fudhail bin iyadh menasehatkan,
“Lima diantara tanda-tanda kecelakaan : kekerasan
hati, mata yang tidak menangis, sedikit sifat malu, cinta dunia dan panjang
angan-angan.”
3.
Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin
:
“Kuatnya sifat malu tergantung kondisi hidup
hatinya. Sedikit sifat malu disebabkan oleh kematian hati dan ruh, sehingga
semakin hidup hati itu maka sifat malupun semakin sempurna. Beliau juga
mengatakan, Sifat malu darinya tergantung kepada pengenalannya terhadap
Rabbnya.”
Malu ada Dua Macam
1.
Malu yang menjadi
karakter, dan tabiat bawaan.
Ini merupakan salah satu akhlak mulia yang Allah anugerahkan kepada
seorang hamba-Nya. dan dia tidak diusahakan. Malu jenis ini akan menghalangi seorang dari melakukan perbuatan buruk
dan akhlak yang rendah, serta mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang
mulia.
Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam bersabda,
الحياء لا يأتى الا بخير
“Sifat malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan ”.(HR. Bukhari 6117).
2. Malu yang tumbuh sebagai hasil usaha.
Rasa malu jenis ini diperoleh dari mengenal Allah dan mengenal keagungan-Nya, kedekatan-Nya dengan para hamba-Nya dan karena keyakinan mereka tentang Maha Tahu-nya Allah, mengetahui pandangan khianat dan sesuatu yang terpendam dalam dada manusia.
Malu jenis ini bagian dari buah iman yang dimiliki seorang hamba, bahkan termasuk derajat ihsan yang paling tinggi.
Allah Ta’ala berfirman,
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mngetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang di sembunyikan oleh hati” (QS. Al Mukmin:19).
Selagi seorang hamba mengetahui bahwa Allah melihat dirinya, maka hal
ini akan membuatnya malu terhadap Allah, lalu mendorongnya untuk taat. Hal ini
seperti seorang hamba yang bekerja di hadapan tuan nya, maka dia akan giat
dalam bekerja, berbeda jika dia bekerja tanpa di awasi oleh tuanya. Sedangkan
Allah maha mengawasi hamba-hambaNya.
Keutamaan-keutamaan Sifat Malu
1. Malu merupakan salah satu dari Sifat Allah Azza
wa Jalla Yang Mulia.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits shohih, Nabi Shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya Rabb kalian Tabaraka wa Ta’ala
Maha Malu dan Maha Dermawan, Dia malu terhadap hambaNya yang menadahkan
tangan kepadaNya lalu tangan itu kembali turun hampa (tidak dikabulkan doanya).
HR. Abu Dawud dinyatakan Shohih oleh Al Albani. Kita menetapkannya
(Sifat Malu) sebagaimana Sifat-sifat Allah yang lain.
2. Malu merupakan sunnah para Nabi dan Rasul.
Dalam Asshohihain dari Abu Sa’id Al Khudry-semoga Allah
meridhainya- bahwasanya Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam lebih tinggi
sifat malunya daripada seorang gadis pingitan yang bersembunyi dalam kamarnya.
3.
Malu merupakan bagian
dari keimanan.
Sebagaimana dalam asshohihain dari hadits ibnu umar -semoga Allah
meridhainya- dia mengatakan “Rasulullah Shallallaahu‘Alaihi wasallam melewati
seorang anshor yg sedang menasehati saudaranya tentang sifat malu sehingga
seakan-akan dia berkata “malu itu membahayakanmu” maka Rasulullah Shallallaahu‘alaihi
wasallam bersabda :
دعه فان الحياء من الايمان
“Biarkanlah dia sesungguhnya sifat malu itu bagian dari keimanan (HR. Bukhari /24 )
4. Malu adalah suatu perangai yang menghasilkan sikap
terpuji dan pengaruh yang baik. Dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu’alaihi
wasallam pernah bersabda : “Malu tidaklah membawa kecuali kebaikan “
(takhrij diatas)
5. Sifat malu mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.
Sungguh sifat malu benar-benar merupakan tameng bagi seseorang dari
perbuatan buruk, maka pupuklah rasa malu tersebut agar hati selalu terjaga dan tidak
terjerumus kedalam perbuatan yang mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla.
Wallahu a’lam bishowaf
M.yurizka junior hadir 7B
ReplyDeleteGood Junior, di baca Dan difahami materinya dulu sebelum jawab tugasnya ya!
Delete#M.syaifurrijalAlkaromy#Hadir7B
ReplyDeleteVery Good Romy. Setelah Membaca Dan Memahami Materi, Silahkan dijawab tugasnya ya!
DeleteMuhammad Dira Athaillah hadir pak
ReplyDeleteVery Good Dira. Setelah Membaca Dan Memahami Materi, Silahkan dijawab tugasnya ya!
Delete#IndraDzaki #Hadir
ReplyDelete#ZikraAlhaadii7B#Hadir
ReplyDelete